• Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Hak Cipta
  • Privacy Policy
Senin, 15 September 2025
Kirimi Artikel Yukk  
www.jelajah.co
No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
No Result
View All Result
Jelajah.co
No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
Home Sudut Pandang

Harga Sebuah Ijazah: Saat Hak Pekerja Ditebus dengan Ketidakadilan

Redaksi by Redaksi
5 Juli 2025
in Sudut Pandang
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Jelajah.co

Di tengah riuhnya mal yang tak pernah tidur, deretan lampu terang Karang Indah Mall (KIM) di Bandar Lampung menyihir siapa saja yang melintas. Orang lalu-lalang membawa belanjaan, musik tenant tak henti menyala, dan senyum ramah para pramuniaga menyambut setiap pelanggan. Tapi di balik etalase kaca dan mesin kasir itu, ada yang lebih dingin dari lantai marmer: sebuah sistem yang menahan hak pekerja sebagaimana borgol tak terlihat di era modern.

Seperti cerita Ajid, mantan pegawai di salah satu tenant KIM, yang ijazahnya terjebak seperti sandera perang dalam skenario korporasi kecil-kecilan.

BACA JUGA

Lampung Tunjukkan Wajah Damai Unjuk Rasa

1 September 2025

Demokrasi Indonesia di Ujung Tanduk: Saatnya Reformasi Total

30 Agustus 2025

“Waktu saya resign, saya cuma ingin ijazah saya kembali. Tapi malah disuruh bayar Rp4,5 juta,” tutur Ajid dengan suara berat. “Katanya buat ganti biaya training dan barang-barang rusak.”

Ajid bukan satu-satunya. Ada puluhan kisah senada, bak benang kusut yang disimpan rapi di balik dinding toko. Mereka adalah generasi pekerja muda, tulus bekerja, tapi hak dasarnya justru digadai oleh sistem yang berjalan tanpa kompas keadilan.

Ibarat Membeli Kebebasan dengan Harga Sendiri

Ijazah bukan sekadar kertas. Ia simbol kerja keras, doa orang tua, dan harapan masa depan. Tapi di Karang Indah Mall, dokumen itu seperti sandar gadai, seolah-olah pekerja adalah barang titipan yang baru bisa diambil setelah “membeli kembali” dirinya sendiri.

Ajid bahkan sudah menempuh jalur resmi. Ia melapor ke Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Sebuah mediasi digelar, disepakati bahwa semua hak pekerja (Ajid) akan diberikan setelah biaya administrasi (Pengganti Training) sebesar Rp500 ribu dikembalikan. Tapi ketika ia datang pada hari yang dijanjikan, angka itu berubah menjadi Rp4,5 juta lagi, seakan harga keadilan bisa ditawar ulang.

“Saya datang dengan niat baik, bawa uang sesuai perjanjian. Tapi malah ditolak. Saya disuruh bayar penuh. Rasanya seperti dipermainkan,” ujar Ajid.

Senyum di Luar, Derita di Dalam

Kita terbiasa mengaitkan feodalisme dengan masa lalu: tuan tanah, kuli tani, dan upeti. Tapi hari ini, dalam bentuk yang lebih rapi dan terstruktur, praktik itu hidup lagi. Gaji yang tidak sesuai UMR, ijazah yang ditahan, bahkan produk yang dijual tanpa izin semuanya menciptakan simulakra modern dari ketidakadilan lama.

Karyawan di KIM dan Mall Kartini mengaku menerima gaji di bawah standar minimum, antara Rp1,9 hingga Rp2,4 juta per bulan, jauh dari UMR Bandar Lampung tahun 2025 yang ditetapkan sebesar Rp2,9 juta. Upah mereka bahkan belum cukup untuk menyewa kamar kos bulanan dan membeli makan tiga kali sehari.

Tak hanya soal hak pekerja, Jelajah.co juga menemukan adanya dugaan pelanggaran serius di sektor niaga. Di sejumlah tenant, ditemukan produk makanan dan minuman yang tidak memiliki label resmi BPOM atau label halal. Lebih parah, sebagian diduga menggunakan stiker BPOM palsu yang ditempel manual.

Seperti menjual janji dengan bungkusan indah, tapi isi yang meragukan. Ini bukan hanya melanggar hukum, tapi juga mengkhianati kepercayaan konsumen.

Feodalisme Tidak Mati, Ia Berganti Seragam

Apa yang terjadi di Karang Indah Mall adalah potret lebih besar dari mentalitas lama yang belum usai. Bedanya, kalau dulu para penguasa memegang cambuk, kini mereka memegang surat kontrak. Jika dulu kuli ladang dibayar dengan beras, kini pekerja ritel digaji dengan angka yang bahkan tak cukup untuk membeli harapan.

Saat ini, LBH Ansor Lampung telah melaporkan dugaan pelanggaran ini ke Polda Lampung dengan Nomor: LP/B/427/VI/2025/SPKT/POLDA LAMPUNG. Saksi telah diperiksa, bola panas sedang bergulir, dan publik kini menunggu: apakah keadilan akan hadir untuk mereka yang tak bersuara?

Ajid dan rekan-rekannya bukan sedang meminta lebih. Mereka hanya ingin apa yang menjadi hak mereka dikembalikan ijazah, upah, dan sedikit rasa hormat atas kerja keras mereka.

Di negeri yang katanya demokratis ini, tak seharusnya pekerja membeli kembali hak mereka dengan keringat yang sudah mereka berikan.

📍 Jelajah.co telah menghubungi pihak Karang Indah Mall untuk klarifikasi, namun hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada jawaban resmi yang diterima redaksi.

Previous Post

UIN Raden Intan Jadi Tuan Rumah POMPROV 2025 untuk Panjat Tebing dan Bulu Tangkis

Next Post

Dibalik Pengembalian Ijazah: Ketika Pemutihan Menjadi Alibi Penindasan di Karang Indah Mall

Redaksi

Redaksi

Redaksi www.jelajah.co

BERITA POPULER

Suara Perlawanan Teladas: Menantang Raksasa Tebu SGC

17 Agustus 2025

Dikembalikan ke Kursi Lama: Kisah Seorang Pejabat Perikanan yang Tenang Meski Tersisih

25 Agustus 2025

Gemparin Desak Pemkot Tutup Tempat Hiburan Malam Pasca Penggerbekan “Pesta Narkoba” Pengurus HIPMI Lampung

5 September 2025

Lampung Tunjukkan Wajah Damai Unjuk Rasa

1 September 2025

Reforma Agraria Jadi Sorotan, Mahasiswa Lampung Desak Ukur Ulang HGU PT SGC

1 September 2025

Permainan Sandiwara Sosial Media Para Pejabat Publik

23 Agustus 2025
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Hak Cipta
  • Privacy Policy

© 2024 JELAJAH.CO - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper

© 2024 JELAJAH.CO - All Rights Reserved.