Bandarlampung – Pekan Raya Lampung (PRL) akan segera berakhir, ajang yang digadang-gadang akan menjadi salah satu cara meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat Lampung, justru menjadi bumerang dan menyengsarakan, bahkan dapat dipastikan peserta PRL ikut mengalami kerugian.
Bukan hanya itu, masyarakat yang diharapkan bisa menikmati dan merasakan gegap gwmpita event PRL hanya gigit jari karena tidak mampu membayar mahalnya harga tiket masuk, belum lagi masyarakat merasa was-was karena keamanan yang tidak terjamin oleh pihak penyelenggara karena seringnya kehilangan barang-barang seperti handphone dan lain-lain.
Ketua Umum GEPAK, Yudi saat di temui awak media untuk meminta agar media bersama-sama berperan aktif sebagai kontrol masyarakat dan sebagai stakeholder untuk masyarakat dan kebijakan provinsi.
“Pentingnya membuka ruang gagasan, ini yang tidak pernah ada di provinsi ini. Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota tidak satupun memberi ruang kepada warga untuk memberikan ide, dan menyampaikan gagasannya.
Yudi melanjutkan, kebijakan yang dipilih oleh Pemprov seperti menyerahkan Pekan Raya Lampung (PRL) kepada pihak swasta selama tiga tahun terakhir, merupakan bukti pemerintah tidak memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan gagasannya, bahkan sekaligus membuktikan bahwa pemrov tidak punya gagasan sama sekali bagaimana mengelola Pekan Raya Lampung yang baik bahkan menuju sempurna.
“Contohnya tidak ada gagasan bagaimana caranya agar penyelenggara PRL itu bisa efektif, efisien dan menarik, dalam artian masyarakat tidak keberatan atau dapat menjangkau harga-harga yang diputuskan untuk tiket masuk atau tiket parkir atau tiket apapun yang bisa terjangkau oleh masyarakat itu harusnya dicari gagasannya bagaimana caranya. Gagasan apasih yang di tawarkan Pemprov supaya pertunjukan adat budaya atau hiburan di lokasi PRL bisa menarik dan membahagiakan masyarakat yang datang, itu tidak ada, semua diserahkan bulat-bulat kepada swasta,. akibatnya yang namanya pihak swasta yang mendapat kue penyelenggaraan itu orientasinya pasti benefit, pastilah keuntungan, pastinya mereka berusaha untuk mengeruk keuntungan terus-terusan dengan sebaliknya mereka pun menekan biaya sebesar-besarnya. Yang terjadi akhirnya apa? Tiket dimahalkan, penyelenggara tidak memikirkan bagaimana omset peserta, bagaimana penyajian Pekan Raya Lampung yang bisa menyajikan semua kriteria. Kriteria yang di maksud adalah murah, menarik, dan memberikan dampak ekonomi kepada peserta terutama kepada UMKM,” terangnya.
Menurut Yudi, walaupun diserahkan kepada pihak ketiga, Pemprov harusnya juga mencari satu event Organizer (EO) dengan kelas nasional, jangan lakukan uji coba PRL kepada swasta dengan hanya mengandalkan kemampuan-kemampuan lokal yang dilakukan oleh orang-orang yang sebetulnya tidak berpengalaman.
“Bukan rahasia umum lagi bahwa pemenang swasta itu tidak di lelang, tidak di tender. Awalnya dari tahun pertama itu hanya satu perusahaan, kemudian karena ada perbaikan dibuat ada perusahaan pendamping, jadi dua perusahaan, itupun tidak cukup, seharusnya berusaha untuk mencari, mencoba, melakukan dan memutuskan agar penyelenggara itu yang memenuhi persyaratan nasional sambil EO-EO lokal belajar menjadi vendor disitu. Jangan dipaksakan EO-EO itu bermain ditahun-tahun awal,” ungkapnya.
*Management Event Organizer PRL Berdalih*
Tiket Masuk Pekan Raya Lampung (PRL) 2024 dinilai mahal, manager Event Organizer sebut hal tersebut untuk meningkatkan kualitas event dan memberikan yang terbaik bagi terselenggaranya PRL 2024.
Hal ini disampaikan oleh Manager Komunikasi PRL 2024, Adi Susanto saat dikonfirmasi di Pkor, Way Halim, Bandarlampung, Jum’at (31/5/2024).
Sebelumnya ramai diberitakan terkait mahalnya tiket masuk PRL 2024, yakni berkisar antara 20-50 ribu, menanggapi hal tersebut Adi Susanto mengatakan, tarif tiket berdasarkan artis yang tampil dalam PRL tersebut.
“Kita kan mengundang arti-artis papan atas, jadi mengundang artis papan atas itu tidak sedikit, ini juga kita lakukan agar PRL 2024 ini bisa meriah semeriah mungkin dan memberikan penampilan terbaik bagi masyarakat Lampung,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengatakan pihaknya selalu memperhatikan kualitas event, baik dari tata kelola hingga kenyamanan bagi pengunjung.
“Kita selalu berikan kualitas event yang terbaik mulai dari peralatan, stand, hingga kenyamanan pengunjung,” tambah Adi.
Lebih lanjut ia juga menanggapi terkait mahalnya parkir PRL 2024, ia menjelaskan bahwa terkait parkir bukan wewenang pihaknya, melainkan kebijakan warga sekitar yang ingin mencari rezeki melalui event PRL.
“Soal parkir itu bukan dari panitia, melainkan warga sekitar, sebelumnya kita rapat dengan warga sekitar, hal ini juga kita lakukan sebagai peluang bekerjasama dengan warga setempat, kita libatkan mereka dalam pengelolaan parkir, tapi sudah kita sampaikan bahwa tarif parkir jangan terlalu mahal, jangan sampai diatas sepuluh ribu,” lanjut Adi. (Red)