Lampung, Jelajah.co – Ribuan mahasiswa dan elemen masyarakat Lampung turun ke jalan, Senin (1/9/2025), mengepung Gedung DPRD Provinsi Lampung untuk menyuarakan sepuluh tuntutan strategis. Namun sorotan utama kali ini adalah desakan agar pemerintah segera mengukur ulang Hak Guna Usaha (HGU) PT Sugar Group Companies (SGC) dan perusahaan afiliasinya, termasuk PT SIL, PT ILP, serta PT GPM.
Ketua Komando Aksi Rakyat, Indra Mustain, menegaskan bahwa tuntutan ini adalah harga mati dalam konteks reforma agraria.
“Segera ukur ulang HGU PT SGC adalah bagian dari reforma agraria sejati yang harus dipenuhi negara demi rakyatnya,” tegas Indra di hadapan ribuan massa.
Ketua BEM Universitas Lampung, Muhammad Ammar Fauzan, menambahkan bahwa pengukuran ulang HGU bukan sekadar persoalan teknis, melainkan menyangkut keadilan rakyat.
“Negara tidak boleh tunduk pada kepentingan korporasi. Kami mendesak agar HGU PT SGC segera dikaji ulang,” ujarnya.
Aksi ini mendapat respon langsung dari Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, yang hadir bersama Kapolda Lampung Irjen Pol Helmi Santika, Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI Kristomei Sianturi, serta pimpinan fraksi DPRD Lampung. Mereka turun menemui massa, bahkan ikut menandatangani pernyataan sikap bersama.
“Saya berterima kasih atas aspirasi ini. Lampung tidak boleh diam. Saya akan memperjuangkan suara adik-adik hingga ke Presiden,” kata Gubernur Mirza sambil ikut meneriakkan yel-yel, “Hidup mahasiswa! Hidup rakyat!”
Meski aksi berlangsung tertib dan pengawalan aparat berjalan lancar, tidak semua partai politik hadir membubuhkan tanda tangan pada dokumen sikap bersama. Demokrat dan Golkar memilih absen, menambah kekecewaan di kalangan massa.
Ribuan peserta aksi menekankan bahwa tuntutan mereka bukan sekadar simbolis. Korlap aksi menyatakan, jika pemerintah pusat maupun daerah mengabaikan aspirasi ini, gelombang massa lebih besar siap turun ke jalan.
“Rapat tindak lanjut segera digelar untuk memastikan setiap tuntutan tidak hanya jadi janji kosong. Kami ingin pembebasan lahan rakyat benar-benar terwujud, dan kebijakan negara berpihak pada masyarakat, bukan oligarki,” tegasnya sebelum massa bubar dengan tertib.
Bagi mahasiswa, unjuk rasa kali ini bukan sekadar aksi simbolik. Ia menjadi penanda bahwa api perlawanan rakyat Lampung terhadap ketidakadilan reforma agraria tetap menyala, dan rakyat siap menagih janji negara bila aspirasi terus diabaikan. (Red)