Bandarlampung, Jelajah.co – Bayangkan pertandingan estafet di sebuah lintasan. Semua pelari siap berlari dengan strategi terbaik. Namun, ada satu pelari yang tertinggal jauh, tak mampu mengejar langkah rekan-rekannya. Begitulah posisi Lampung dalam peta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatra saat ini: tertinggal di belakang meskipun berada di kategori tinggi.
Berdasarkan data IPM 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Lampung menempati posisi ke-14 secara nasional, sekaligus menjadi provinsi dengan IPM terendah di Sumatra dengan skor 71,81. Meski sudah masuk kategori “tinggi” dalam skala internasional, Lampung tetap berada jauh di bawah DKI Jakarta yang berada di puncak dengan skor 83,08.
Peta IPM Lampung: Kenapa Terendah?
Data menunjukkan status IPM di Provinsi Lampung cukup bervariasi, namun kesenjangan antarwilayah menjadi salah satu penyebab utama posisi Lampung tetap berada di bawah:
Kabupaten Mesuji masih berada di kategori sedang.
12 kabupaten lainnya berada di kategori tinggi.
2 kota, Bandar Lampung dan Metro, sudah masuk kategori sangat tinggi.
Selain itu, ada perkembangan positif di beberapa wilayah. Kabupaten Tanggamus, Pesawaran, dan Tulang Bawang Barat berhasil meningkatkan statusnya dari kategori sedang menjadi tinggi. Meski demikian, langkah ini belum cukup untuk mendongkrak posisi Lampung di Sumatra.
Seperti Sepeda di Jalan Tol
Jika DKI Jakarta adalah mobil mewah yang melaju kencang di jalan tol, Lampung mungkin seperti pengendara sepeda yang berusaha keras untuk bergerak maju di jalur yang sama. Meskipun ada potensi dan beberapa wilayah menunjukkan progres, perbedaan kecepatan inilah yang menunjukkan betapa jauhnya ketertinggalan Lampung dibanding provinsi lain, bahkan di lingkup Sumatra.
Efek Domino Ketertinggalan
Rendahnya daya saing SDM Lampung berimbas pada berbagai aspek lain, seperti rendahnya tingkat pendapatan per kapita, pengangguran yang stagnan, hingga lambatnya inovasi daerah. Ketertinggalan di sejumlah kabupaten seperti Mesuji yang masih bertahan di kategori sedang menjadi salah satu kendala besar. Ibarat domino, satu masalah SDM bisa memicu runtuhnya harapan kemajuan di sektor lain.
Namun, semua ini bukan alasan untuk menyerah. Dengan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, akses kesehatan, dan pengembangan keterampilan kerja, Lampung punya peluang besar untuk mengejar ketertinggalan ini.
Saatnya Melaju Kencang
Ketertinggalan Lampung bukan hanya sekadar angka, tapi juga cerminan betapa seriusnya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pemerintah, masyarakat, dan semua elemen daerah harus bekerja bersama untuk menciptakan perubahan nyata. Jangan sampai Lampung terus menjadi sepeda yang tertinggal di tengah lintasan tol pembangunan.
Ayo, kita bangun masa depan Lampung dengan komitmen dan langkah nyata. Karena sejatinya, perlombaan ini bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang mampu melangkah bersama menuju tujuan yang lebih baik. (Aby).








