• Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Hak Cipta
  • Privacy Policy
Senin, 15 September 2025
Kirimi Artikel Yukk  
www.jelajah.co
No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
No Result
View All Result
Jelajah.co
No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Sudut Pandang
  • E-Paper
Home Sudut Pandang

Dua Wajah Bandarlampung: Kota yang Tak Pernah Tidur

Redaksi by Redaksi
24 Juni 2025
in Sudut Pandang
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Cut Habibi

Malam turun perlahan di Bandarlampung. Dari atas bukit Langkapura, gemerlap lampu kota tampak seperti bentangan bintang yang jatuh ke bumi. Di pusat kota, lampu-lampu toko mulai meredup, tetapi denyut kota justru baru dimulai. Di balik jargon Tapis Berseri, kota ini punya wajah lain, wajah yang muncul saat matahari tenggelam dan lampu-lampu remang menuntun langkah mereka yang memilih hidup dalam gelap.

Musik berdentum dari balik dinding kaca, sebagian jalanan disesaki kendaraan yang tak lagi membawa pekerja kantoran, melainkan pengunjung diskotik, café lounge, dan karaoke malam. Bandarlampung, di jam-jam seperti ini, lebih mirip miniatur Jakarta cepat, berisik, kadang murung.

BACA JUGA

Lampung Tunjukkan Wajah Damai Unjuk Rasa

1 September 2025

Demokrasi Indonesia di Ujung Tanduk: Saatnya Reformasi Total

30 Agustus 2025

Di sebuah café lounge di bilangan Enggal, lantunan lagu barat mengalun lirih, diputar dengan volume cukup untuk menutupi percakapan meja ke meja. Lampu temaram menyatu dengan aroma parfum mahal dan suara tawa yang sesekali pecah, mengisi ruangan dengan kesan nyaman sekaligus menggoda.

“Kebanyakan tamu datang untuk melepas penat, tapi tidak sedikit yang datang untuk cari pelarian,” ujar Clara, seorang waitress yang sudah dua tahun bekerja di tempat itu. Rambutnya dikuncir rapi, senyumnya sopan, tapi matanya terlihat lelah. “Malam di kota ini punya caranya sendiri membuat orang ingin berlama-lama lupa waktu.”

Tak jauh dari sana, di ujung bar, seorang pria muda duduk sendiri. Namanya Lucas, usia 32 tahun, mengenakan kemeja hitam polos dan celana bahan yang kusut. Di depannya segelas mojito setengah habis.

“Aku nggak minum buat mabuk,” katanya lirih. “Kadang aku ke sini cuma biar nggak merasa sendiri. Di rumah terlalu sepi. Di sini, setidaknya, ada suara.”

Beranjak ke kawasan Jalan Ikan Bawal dan sekitarnya, tempat hiburan malam menjamur bak jamur di musim hujan. Diskotik, karaoke, hingga klub-klub kecil yang hanya dikenal lewat rekomendasi mulut ke mulut, beroperasi nyaris tanpa jeda. Suara dentuman musik menggetarkan dinding bangunan, seolah bersaing dengan detak jantung para pengunjung yang berjoget tanpa lelah.

“Dulu tempat ini sepi, sekarang malah makin ramai,” kata Ujang Gondrong, tukang parkir yang menjaga salah satu diskotik ternama di Teluk. “Anak-anak muda, pejabat, sampai orang luar kota pun sering datang. Bandarlampung sekarang udah kayak Jakarta kecil.”

Namun tidak semua orang menikmati geliat malam ini. Di sisi lain kota, warga yang tinggal berdekatan dengan kawasan hiburan mengeluhkan suara bising dan kemacetan yang kerap muncul setelah tengah malam. “Kadang jam dua malam masih ramai orang teriak-teriak keluar tempat karaoke. Mau tidur susah,” keluh Pak Andi, warga Sukaraja.

Menurut Diah , sosiolog asal Lampung, fenomena ini menunjukkan pergeseran pola konsumsi hiburan masyarakat urban.

“Bandarlampung tidak lagi sekadar kota provinsi administratif. Ia menjadi pusat pertumbuhan gaya hidup dan konsumsi budaya malam. Bukan hanya soal ekonomi hiburan, tapi juga ekspresi kelas menengah baru yang mulai ingin hidup ‘lebih bebas’ dari norma lama,” ujar Diah.

Pemerintah, sejauh ini, tak sepenuhnya menutup mata. Seorang petugas Satpol PP yang ditemui secara informal mengatakan, “Yang penting tidak meresahkan. Tempatnya resmi. Kami juga tak bisa sembarang bubarkan. Bandarlampung kan sudah besar sekarang.”

Angle, pemilik sebuah café remang-remang di kawasan Antasari, punya sudut pandang sendiri. “Kami ini juga pekerja. Kami bayar pajak, gaji pegawai, jaga agar tempat aman. Jangan anggap semua hiburan malam itu kotor. Ada yang kami rawat betul, baik suasana, etika, dan keamanan.”

Bandarlampung, kota yang di siang hari dikenal dengan ritme birokrasi, rutinitas ASN, dan kemacetan sore hari, justru menemukan denyutnya yang paling jujur saat malam tiba. Cahaya remang menjadi semacam panggung bagi mereka yang lelah berpura-pura. Dalam gelap, kota ini tidak menutupi sisi liarnya, tapi juga tidak mengumbar semuanya. Ada semacam kompromi antara terang dan gelap.

Di tengah lampu-lampu jalan yang mulai redup menjelang fajar, Bandarlampung terus berbisik dalam diamnya:

“Aku kota kecil yang sedang belajar menjadi besar. Dan untuk itu, aku tak boleh tidur terlalu cepat.”

Previous Post

PNM Mekaar Jadi Mitra Kunci Pemkab Bengkulu Utara dalam Penguatan UMKM

Next Post

Warga Permata Asri Krisis Air Bersih Belasan Tahun, Dugaan Korupsi PDAM Lampung Selatan Menguat

Redaksi

Redaksi

Redaksi www.jelajah.co

BERITA POPULER

Suara Perlawanan Teladas: Menantang Raksasa Tebu SGC

17 Agustus 2025

Dikembalikan ke Kursi Lama: Kisah Seorang Pejabat Perikanan yang Tenang Meski Tersisih

25 Agustus 2025

Gemparin Desak Pemkot Tutup Tempat Hiburan Malam Pasca Penggerbekan “Pesta Narkoba” Pengurus HIPMI Lampung

5 September 2025

Lampung Tunjukkan Wajah Damai Unjuk Rasa

1 September 2025

Reforma Agraria Jadi Sorotan, Mahasiswa Lampung Desak Ukur Ulang HGU PT SGC

1 September 2025

Permainan Sandiwara Sosial Media Para Pejabat Publik

23 Agustus 2025
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Hak Cipta
  • Privacy Policy

© 2024 JELAJAH.CO - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Pemerintahan
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Nusantara
    • Aceh
    • Babel
    • Bali
    • Banten
    • Bengkulu
    • Gorontalo
    • Jabar
    • Jakarta
    • Jambi
    • Jateng
    • Jatim
    • Kalbar
    • Kalsel
    • Kaltara
    • Kalteng
    • Kaltim
    • Kepri
    • Lampung
    • Maluku
    • Malut
    • NTB
    • NTT
    • Papua
    • Riau
    • Sulbar
    • Sulsel
    • Sulteng
    • Sultra
    • Sulut
    • Sumbar
    • Sumsel
    • Sumut
    • Yogyakarta
  • Sudut Pandang
  • E-Paper

© 2024 JELAJAH.CO - All Rights Reserved.