Oleh: Aji Yoga Okta
Di bawah gemuruh semangat kader muda, sebuah pesan lantang meluncur dari bibir Aji Yoga Okta, Bendahara Cabang Pagar Nusa Pesisir Barat. Pesan itu sederhana, namun menghentak jantung organisasi: “Hidupkan organisasi, jangan hidup dari organisasi.”
Kalimat tersebut diucapkan pada Musyawarah Pembentukan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pagar Nusa Kecamatan Way Krui, sebuah forum yang sejak awal diwarnai dengan keseriusan para pengurus. Bagi Aji, pembentukan PAC bukan sekadar agenda administratif, melainkan langkah berani menyalakan kembali obor kaderisasi.
“Ini adalah terobosan awal yang akan menjadi tonggak sejarah,” ujarnya dengan mata berbinar, seolah menyalakan bara di dada seluruh hadirin.
Aji menekankan bahwa setiap kecamatan wajib memiliki PAC. Bukan sekadar papan nama atau formalitas belaka, melainkan wadah nyata untuk mencetak kader militan yang siap berjuang demi marwah organisasi. Ia mengingatkan agar Pagar Nusa tak terjebak pada rutinitas pragmatis—menjadi “mesin pencetak proposal” semata.
Di sela-sela pidatonya, Aji menyentil hal yang selama ini menjadi bisik-bisik rahasia di dunia organisasi: adanya oknum yang justru menjadikan organisasi sebagai mata pencaharian pribadi. “Jika organisasi hanya dijadikan jalan untuk mencari keuntungan, maka semangat luhur akan mati. Kita tidak boleh membiarkan itu terjadi,” tegasnya.
Pernyataan Aji disambut tepuk tangan panjang. Para kader muda tampak mengangguk-angguk, sebagian bahkan berdiri dengan penuh semangat, seakan baru saja menerima wejangan seorang guru besar.
Dengan lahirnya PAC Way Krui, Pagar Nusa Pesisir Barat diyakini memasuki babak baru. Bukan lagi organisasi yang berjalan lamban, melainkan rumah besar yang hidup, tumbuh, dan membakar semangat generasi muda agar tetap teguh menjaga marwah silat sebagai warisan budaya sekaligus benteng akhlak.
Di ujung acara, Aji Yoga Okta menutup dengan sebuah pengingat: “Organisasi ini lahir dari keringat para pejuang. Maka jangan pernah berpikir untuk menghisapnya. Hidupkanlah ia dengan karya, dedikasi, dan ketulusan.”