Tulang Bawang Barat (Tubaba) – Di era teknologi serba cepat, tak ada yang lebih menyakitkan daripada perangkat lunak dengan bug fatal. Sebagus apa pun desainnya, jika eksekusinya setengah hati, hasilnya akan gagal memberikan pengalaman yang maksimal. Begitulah gambaran proyek jalan beton di SP V Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang, Tulang Bawang Barat.
Seperti aplikasi yang diluncurkan dengan banyak celah, proyek rekonstruksi jalan ini tampaknya dipenuhi “bug”. Jalan yang seharusnya kokoh dan mulus malah terlihat seperti produk versi beta—belum rampung, tetapi sudah dinyatakan selesai melalui Provisional Hand Over (PHO).
Ketua Komisi III DPRD Tubaba, Edi Anwar, menyebut pengerjaan jalan ini “setengah asal-asalan”. Sama halnya dengan aplikasi yang dirilis hanya untuk mengejar tenggat waktu, jalan ini tampak dikerjakan tanpa mempertimbangkan kualitas dan kepuasan pengguna.
Dualisme Klaim: “Bug Report” yang Membingungkan
Di ruang Rapat Dengar Pendapat (RDP), muncul dua klaim bertentangan. Konsultan proyek mengaku bahwa pengerjaan belum selesai, sedangkan Dinas PUPR menyatakan proyek telah rampung sesuai spesifikasi.
“Kalau melihat langsung di lapangan, penimbunan dan bahu jalan itu jauh dari kata layak. Tapi PUPR bilang sudah sesuai spek. Ini seperti mengklaim perangkat lunak bebas bug padahal pengguna terus mengeluh soal eror,” kata Edi pada Kamis (9/1/2025).
Kepala Dinas PUPR Tubaba, Iwan Mursalin, membela diri dengan menyatakan bahwa pekerjaan sudah sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB). Ia menyebut kekurangan di lapangan lebih kepada keterbatasan anggaran, bukan kualitas pengerjaan.
“Ini seperti pengembang software yang bilang, ‘Fitur ini memang tidak ada karena anggarannya terbatas.’ Tapi kenyataannya, pengguna tidak peduli. Mereka hanya ingin fungsi yang bekerja dengan baik,” ujar Iwan.
Proyek Strategis yang Kehilangan Fokus
Jalan beton ini, dengan anggaran sebesar Rp 4,6 miliar, direncanakan menjadi akses penting menuju jalan poros provinsi dan Exit Tol Lambu Kibang. Namun, seperti aplikasi yang gagal memberikan nilai tambah, hasil proyek ini justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketimbang solusi.
Menantikan “Patch” dari BPK
Dengan auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dijadwalkan hadir awal tahun ini, ada harapan bahwa “bug” pada proyek ini akan diidentifikasi dan diperbaiki. Iwan Mursalin bahkan menyambut audit ini dengan terbuka.
“Biarkan BPK yang menilai. Kami hanya ingin memastikan bahwa sistem ini berjalan sesuai perencanaan, tanpa gangguan atau celah,” tuturnya.
Pelajaran dari Dunia Digital
Seperti perangkat lunak, infrastruktur publik membutuhkan pengawasan, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. Sebuah aplikasi yang buruk dapat dihapus, tetapi jalan rusak berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Proyek jalan beton di Gunung Terang ini adalah pengingat penting bahwa pembangunan bukan sekadar menyelesaikan pekerjaan. Kualitas dan integritas adalah inti dari segala hasil, baik di dunia nyata maupun digital. (*/A)








