Bandar Lampung, Jelajah.co – Konflik internal di Universitas Malahayati Bandar Lampung yang melibatkan pengurus Yayasan Alih Teknologi (Altek) terus menuai sorotan. Perseteruan antara pendiri yayasan, H. Rusli Bintang, dan anaknya, Muhammad Khadafi, kini memicu keresahan di kalangan mahasiswa, aktivis, dan lembaga masyarakat.
Ketua LSM Rubik Restorasi untuk Kebijakan Publik, Feri Yunizar, menegaskan pihaknya akan memberikan peringatan keras kepada manajemen kampus agar segera menyelesaikan konflik ini. Jika berlarut-larut, mereka berencana melaporkannya ke Kementerian Ristek Dikti agar Kopertis turun tangan.
“Jika tidak ada langkah konkret, kami akan mengadukannya langsung ke Kementerian Ristek Dikti. Kopertis harus turun tangan agar ketegangan di kampus segera berakhir,” tegas Feri.
Ketua LSM Gerakan Bongkar Korupsi (Gembok), Andre, menilai polemik ini merugikan mahasiswa dan mengancam stabilitas pendidikan di kampus.
“Mahasiswa datang untuk belajar, bukan terjebak dalam konflik kepentingan. Jika ini dibiarkan, kualitas pendidikan di Universitas Malahayati bisa terpengaruh,” katanya.
Para aktivis berencana berdiskusi dengan mahasiswa dan pemuda lainnya untuk menentukan langkah lanjutan.
“Kami akan terus melakukan berbagai gerakan karena mahasiswa ingin kampus mereka kembali normal tanpa perseteruan yang berlarut-larut,” tambah Feri dan Andre.
Diketahui, Universitas Malahayati berdiri sejak 27 Agustus 1993 dan memiliki empat fakultas utama: Fakultas Kedokteran, Ekonomi, Teknik, dan Kesehatan Masyarakat. Kampus ini juga menawarkan program Diploma (DIII dan DIV), Sarjana (S1), serta Pascasarjana (S2).
Hingga kini, pihak Universitas Malahayati belum memberikan keterangan resmi terkait polemik yang terjadi. Masyarakat akademik berharap konflik ini segera terselesaikan agar proses belajar mengajar kembali berjalan kondusif.(Red)