Bandarlampung, Jelajah.co – Menjelang pelantikan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlaela, perbincangan soal siapa yang akan menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) makin memanas. Seperti halnya kapal besar yang akan berlayar, sang nahkoda tentu membutuhkan navigator yang bukan hanya mengenal medan, tetapi juga mampu menjembatani berbagai kepentingan.
Dari sembilan kandidat yang telah lolos seleksi administrasi, satu nama disebut-sebut sudah hampir pasti menduduki jabatan strategis ini. Sosok ini memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan fiskal daerah, memahami setiap perhitungan anggaran, dan dinilai mampu menjaga stabilitas administrasi pemerintahan. Namun, apakah persaingan sudah benar-benar usai?
Muncul Kuda Hitam yang Tak Bisa Diremehkan
Dalam arena ini, ternyata ada satu nama lain yang tak kalah mentereng. Sosok ini tidak hanya memiliki rekam jejak birokrasi yang solid, tetapi juga dikenal memiliki pergaulan yang luas. Dilingkupi oleh kekuatan organisasi yang diperhitungkan, serta didukung oleh jejaring yang kuat di pemerintahan pusat, kehadirannya menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.
Lebih dari sekadar teknokrat, calon ini adalah jembatan antara daerah dan pusat. Kemampuannya dalam membangun komunikasi lintas sektor menjadi modal penting, terutama di tengah tantangan ruang fiskal Lampung yang semakin sempit. Dengan kondisi fiskal yang “terhimpit”, Lampung membutuhkan lebih dari sekadar administrator—tetapi seorang koki dapur yang tahu cara “memasak” kebijakan agar tetap menghasilkan cita rasa yang sesuai.
Dan di sinilah faktor krusial itu muncul. Akses ke pusat pemerintahan menjadi salah satu kunci utama. Dalam dunia birokrasi, kedekatan dengan kementerian tertentu bisa menjadi penentu arah kebijakan dan aliran dana. Seorang Sekda yang memiliki jalur langsung ke pusat jelas menjadi aset berharga bagi Lampung yang membutuhkan strategi fiskal baru agar tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga berkembang.
Siapa yang Akan Menang?
Pertarungan dua kekuatan ini membuat persaingan Sekda Lampung menjadi semakin menarik. Apakah gubernur baru akan memilih figur yang sudah lama berkecimpung dalam sistem keuangan daerah, atau justru memilih sosok yang memiliki akses kedekatan ke pusat kekuasaan?
Keputusan ini bukan sekadar pengisian jabatan, tetapi penentuan arah kapal pemerintahan. Apakah Lampung akan berlayar dengan peta lama atau mencoba menavigasi jalur baru yang lebih menantang? Semua akan segera terungkap dalam waktu dekat. (Aby)