Bandarlampung, Jelajah.co – Aliansi Komando Aksi Rakyat (AKAR) Lampung menyoroti buruknya tata ruang sebagai penyebab utama banjir yang terus melanda Kota Bandarlampung. Menurut mereka, masifnya alih fungsi lahan menjadi faktor kunci yang memperparah kondisi lingkungan kota.
Pembabatan hutan di wilayah perbukitan untuk perumahan dan tempat wisata, serta penimbunan sawah dan rawa untuk pembangunan permukiman, telah menghilangkan daerah resapan air dan penampungan air alami. Akibatnya, daya tampung air hujan terus berkurang, dan saat hujan deras terjadi, banjir melanda berbagai wilayah kota dengan intensitas yang semakin tinggi setiap tahunnya.
Ketua LSM AKAR Lampung, Indra, mengkritik lemahnya pengawasan Pemerintah Kota Bandarlampung terhadap alih fungsi lahan. “Alih fungsi lahan perbukitan menjadi tempat wisata atau perumahan seolah tanpa kontrol. Air bah dari perbukitan tidak lagi terserap dan langsung melimpah ke kawasan kota,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa hilangnya lahan persawahan dan rawa sebagai wilayah penampungan air memperburuk situasi. “Ketika hujan deras, banjir pasti terjadi dengan ketinggian yang terus meningkat setiap tahun,” tambahnya.
AKAR Lampung mendesak pemerintah untuk segera meningkatkan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan dan membangun daerah tangkapan guna mengatasi alih fungsi lahan di dataran rendah. Selain itu, restrukturisasi jaringan irigasi dinilai mendesak karena sistem yang dibangun pada era 1980-1990 sudah tidak relevan dengan kondisi tata kota saat ini.
“Pemkot Bandarlampung harus segera merestrukturisasi jaringan irigasi lama agar lebih sesuai dengan kebutuhan kota saat ini,” pungkas Indra.
(Red)