Bandar Lampung, Jelajah.co — Indonesia menegaskan komitmennya dalam diplomasi keagamaan di kancah internasional melalui lima inisiatif strategis yang diperkenalkan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof. Kamaruddin Amin, pada Pertemuan Pemimpin Agama Komunitas Muslim negara-negara BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (4/9/2025). Kehadiran Indonesia sebagai anggota baru BRICS menegaskan peran negara dalam memperkuat kerja sama moral dan spiritual lintas bangsa.
Forum yang diikuti perwakilan dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Indonesia itu menghasilkan pernyataan bersama menekankan nilai spiritual dan moral Islam, seperti saling menghormati, persaudaraan, dan kerja sama untuk kesejahteraan generasi mendatang.
Dalam paparannya, Kamaruddin menekankan pengalaman Indonesia menjaga persatuan di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya. “Indonesia mampu menjaga keberagamannya dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah menekankan praktik beragama yang moderat dan toleran,” ujarnya Selasa (09/09/2025)
Berdasarkan pengalaman tersebut, Indonesia mengusung lima inisiatif strategis di BRICS:
Pusat Pengetahuan Islam BRICS, platform daring untuk berbagi hasil penelitian lintas negara.
Program Pertukaran Ulama Muda, beasiswa satu tahun bagi sarjana atau ulama muda di negara anggota BRICS.
Kemitraan Zakat dan Wakaf BRICS, integrasi zakat, wakaf, dan CSR untuk mengoptimalkan filantropi.
Ekoteologi, Ketahanan Pangan, dan Halal, riset kolaboratif mengenai lahan kritis, konservasi air, dan pertanian halal berkelanjutan.
Festival Budaya Jalur Sutra Spiritual, menampilkan seni Islam, kuliner halal, dan warisan budaya untuk memperkuat diplomasi budaya.
Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D., menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, langkah ini menunjukkan kontribusi nyata Muslim Indonesia di kancah internasional serta membuka ruang kolaborasi akademik dan riset.
“Inisiatif ekoteologi sejalan dengan identitas UIN RIL sebagai kampus hijau. Diplomasi keagamaan Indonesia memberi ruang bagi pertukaran ilmu, riset kolaboratif, dan kontribusi akademik global,” ujar Prof. Wan Jamaluddin.
Ia menambahkan, peluang keterlibatan perguruan tinggi Islam dalam pusat pengetahuan Islam, pertukaran ulama muda, hingga riset ketahanan pangan halal, akan memperkuat kontribusi akademik sekaligus membangun persaudaraan lintas bangsa.
“Harapannya, diplomasi keagamaan Indonesia tidak hanya memperkuat persaudaraan, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi masa depan bumi dan kemanusiaan,” pungkasnya. (Red)