Lampung Barat, Jelajah.co – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengikat pengakuan bersaudara (angkon muakhi) dengan Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak. Prosesi adat dilaksanakan di Gedung Dalom Kepaksian Pernong, Pekon Balak, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, Senin (30/06/2025) dinihari.
Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke-23, PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong, memimpin langsung prosesi adat angkon muakhi tersebut. Ditandai dengan pemasangan kikat hanuang bani dan lencana Kepaksian Pernong kepada Ketua Umum PB PMII, M. Shofiullah Cokro, Ketua Majelis Pembina Daerah (Mabinda) PMII Provinsi Lampung, Fajrun Najah Ahmad, Ketua PKC PMII Lampung, M. Yusuf Kurniawan, Sekretaris PKC PMII, Azep Maulana, dan Ketua Bidang Kaderisasi PKC PMII Lampung, M. Munif Jazuli.
Prosesi angkon muakhi para tokoh PMII itu berlangsung sejak pukul 01.30 hingga 02.30 Wib dan dihadiri para Ketua PMII Kabupaten/Kota se-Lampung, para Ketua Korp PMII Putri (KOPRI), Pengurus Koordinator Cabang (PKC), serta beberapa alumni, diantaranya Eny Puji Lestari, Wawansyah, Herman Ali, Andi, dan Syahrudin Putera yang dikenal memiliki kedekatan khusus dengan Pun Edward, panggilan akrab Pangeran Edward Syah Pernong. Hadir juga beberapa Pengurus Besar (PB) PMII, seperti Acep, Lodri, Iqbal, Ilham, dan Fahmi.
Pangeran Edward Syah Pernong berharap, dengan telah menyatunya keluarga besar PMII dengan Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak diharapkan kaum muda intelektual dapat terus melestarikan dan mengembangkan keberadaan adat budaya yang telah ada sejak ratusan tahun silam, guna semakin menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk terus memajukan Negara Republik Indonesia.
Terpisah, Ketua Mabinda PMII Provnsi Lampung, Fajrun Najah Ahmad, menyatakan pelaksanaan angkon muakhi dengan Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak ini setelah melalui proses panjang. Baik berupa diskusi, pengkajian, dan pendekatan intens kepada para tokoh adat.
Dikatakan, kader PMII harus memahami akar adat dan budaya bangsa yang telah ada sejak ratusan tahun silam, yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan bangsa hingga menuju kemerdekaan dan sampai saat ini.
“Angkon muakhi ini merupakan langkah awal bagi kader PMII untuk melakukan berbagai akselerasi program, yang intinya tidak boleh tercerabut dari akar budaya bangsa. Kami menyadari, saat ini banyak kaum muda yang sedikit sekali pemahamannya mengenai akar budaya bangsa yang telah dilahirkan oleh para leluhur di negeri ini. Karenanya, PMII memulai gerakan tersebut, dan saya berharap nantinya sejarah serta adat budaya lokal akan menjadi bagian materi pengkaderan di PMII,” tutur mantan Ketua Umum PMII Lampung 1986-1987 itu.
Ia mengaku telah membicarakan secara khusus perlunya kader PMII mengangkat sejarah dan adat budaya leluhur lokal dengan Ketua Umum PB PMII, Syofiullah Cokro, untuk menjadi salah satu materi dalam pengkaderan.
“Ketua Umum PB PMII dalam kunjungan ke daerah-daerah lain Inshaallah juga akan membangun hubungan harmonis dengan seluruh kerajaan yang merupakan bagian dari sejarah dan adat istiadat bangsa ini. Sehingga nantinya, kader PMII di semua wilayah akan memahami perjalanan panjang sejarah dan adat istiadat di daerahnya masing-masing. Prinsipnya, kader PMII tidak boleh tercerabut dari akar sejarah dan adat istiadat dan budaya daerahnya,” lanjutnya.
Fajar panggilan akrab Fajrun Najah Ahmad- juga mengusulkan kepada Ketua Umum PB PMII untuk menjalin komunikasi dengan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) yang memayungi sekitar 58 kerajaan di Indonesia. Sehingga tetap terbangun ghirah perjuangan para leluhur negeri ini di era kemajuan dunia yang demikian pesat. (*)