Oleh: Junaidi Jamsari
Belum genap sepuluh hari kita menjalani ibadah puasa, kabar duka datang bertubi-tubi. Banjir, kebakaran, dan musibah lainnya menimpa saudara-saudara kita di berbagai kota, termasuk di Provinsi Lampung. Sebagai sesama Muslim dan anak bangsa, kita turut berduka. Semoga mereka yang terdampak diberi ketabahan dan kekuatan untuk melewati cobaan ini.
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan yang seharusnya menjadi ajang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi sarana untuk membersihkan jiwa. Jiwa yang bersih melahirkan sikap dan perilaku yang baik—senang pada kejujuran, takut kepada Allah, dan senantiasa berusaha menjauhi dosa.
Menempa Disiplin dan Ketaatan
Puasa sejatinya adalah latihan untuk menanamkan kedisiplinan dan ketaatan kepada Allah SWT. Selama 24 jam, kita berada dalam suasana religius yang kental. Kita mengendalikan hawa nafsu, mengurangi aktivitas jasmani, dan lebih banyak meluangkan waktu untuk tafakur, shalat tarawih, serta tadarus Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 183, “Agar kamu bertakwa”, puasa bertujuan menjauhkan manusia dari kejahatan dan mendekatkannya kepada ketakwaan. Dalam QS. Asy-Syams: 8 juga dijelaskan bahwa Allah telah mengilhamkan kepada manusia jalan kejahatan dan ketakwaan, sehingga puasa menjadi momen untuk lebih menguatkan sisi takwa dalam diri kita.
Hati sebagai Pusat Kendali
Hati adalah pusat dari segala perbuatan manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh perbuatannya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh amalannya.” Itulah hati atau qalbu.
Puasa adalah sarana untuk memperbaiki hati, membangun iman yang kokoh, serta menyelaraskan keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“Al-imanu aqdun wa tashdiiqu bil qalbi, wa iqraarun bil lisaan, wa ‘amalun bil arkan.”
Artinya, iman itu tertanam di hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Maka, puasa bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga mengendalikan bisikan hati agar tetap lurus dalam keimanan.
Belajar dari Ikan di Lautan
Ada satu pelajaran berharga dari kehidupan ikan di laut. Mereka hidup di air yang asin, tetapi tubuhnya tetap tawar. Artinya, mereka tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Begitu pula dengan kita. Dalam kehidupan ini, banyak godaan dan tantangan yang bisa menggoyahkan iman. Namun, jika hati kita tetap terjaga, kita tidak akan larut dalam keburukan.
Marilah kita manfaatkan Ramadhan ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan hati, dan membersihkan jiwa. Dengan begitu, semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih disiplin, dan lebih bertakwa.








