Bandarlampung, Jelajah.co – Teluk Betung Selatan, sebuah kawasan di Bandar Lampung yang biasanya memantulkan keindahan laut dan kehidupan kota, kini seperti cermin yang retak. Banjir bandang yang datang pada Jumat malam (17/01/25) mengubah semuanya. Air jernih yang biasa menghiasi kanal dan jalan kini digantikan oleh genangan berlumpur, membawa cerita duka para penghuninya.
Di gang-gang sempit yang biasanya ramai oleh suara anak-anak bermain, kini hanya terdengar cipratan langkah kaki yang berusaha menghindari genangan. Seperti kota yang kehilangan nadinya, kehidupan di sini melambat, tergilas oleh bencana yang tak diundang.
“Kami Seperti Kapal Tanpa Pelabuhan”
Sumiati (46), seorang ibu rumah tangga, duduk termenung di depan rumahnya yang nyaris tenggelam oleh air. “Rasanya seperti menjadi kapal yang tak punya pelabuhan. Kami tak tahu harus kemana, sementara rumah ini terus kebanjiran,” ujarnya, sambil menunjuk ke perabotan yang terendam setengah badan.
Ia bercerita bagaimana keluarganya harus terjaga sepanjang malam, berjibaku dengan air yang merangkak naik. “Harta benda hanyut, kami hanya bisa menyelamatkan diri,” lanjutnya.
Nasi Kotak: Secercah Harapan di Tengah Kekacauan
Di tengah kesuraman, bantuan dari BRI Regional Office Bandar Lampung hadir bak oase di tengah padang pasir. Sebanyak 1.000 nasi kotak didistribusikan untuk para korban, menjadi penawar rasa lapar dan simbol harapan.
“Kami ingin membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir ini,” ujar Arief Amirudin, Regional Operational Head BRI Bandar Lampung.
Bagi Sumiati dan ratusan warga lainnya, bantuan tersebut menjadi seperti pelukan hangat di tengah badai. “Setidaknya ada yang peduli, dan itu sangat berarti,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Banjir: Tamu Tak Diundang yang Enggan Pergi
Banjir di Teluk Betung Selatan kali ini seperti tamu yang datang tanpa undangan, membawa kerusakan alih-alih kebahagiaan. Namun, seperti pepatah lama, “Setelah hujan pasti ada pelangi.” Warga berharap bencana ini bisa menjadi pelajaran untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan iklim.
Hingga hari ini, cermin Teluk Betung Selatan mungkin masih retak, tapi bukan berarti tak bisa kembali bersinar. Warga, dengan semangat gotong royong dan bantuan dari berbagai pihak, perlahan memperbaiki refleksi kota yang mereka cintai. (Red)