Bandar Lampung – Di tengah hangatnya persaingan politik di Pilgub Lampung 2024, sorotan publik kini tertuju pada dua kandidat kuat yang siap bertarung memperebutkan kursi Gubernur. Rahmad Mirzani Djausal (RMD) dan Arinal Djunaidi menghadirkan sebuah kontestasi yang tak biasa, digambarkan oleh banyak pengamat sebagai “Pertarungan Gajah dan Semut”. Menariknya, dalam narasi ini, Rahmad muncul sebagai “gajah” dengan kekuatan finansial yang besar, sedangkan Arinal, meski terlihat lebih kecil dengan dukungan dana kampanye awal yang terbatas, justru memiliki “gula” manis yang menarik perhatian di belakangnya.
Rahmad Mirzani Djausal: Gajah dengan Kekuatan Finansial Besar
Rahmad Mirzani Djausal, calon muda dengan semangat perubahan, dilengkapi kekuatan dana yang besar. Laporan dana awal kampanyenya mencapai angka fantastis sebesar 530 juta rupiah, sebuah jumlah yang mengukuhkan posisinya sebagai kandidat yang paling siap dalam hal finansial. Sebagai “Gajah”, dukungan dana yang kuat memungkinkan RMD menjalankan kampanye yang luas dan masif, dari baliho-baliho di seluruh kota hingga kampanye digital yang aktif di media sosial.
Keunggulan finansial ini memberi RMD kekuatan untuk menyebarkan visi dan program-programnya secara efektif kepada seluruh lapisan masyarakat. Tim kampanyenya dapat menjangkau berbagai kalangan, dari pemilih muda yang progresif hingga masyarakat perkotaan yang menginginkan perubahan nyata dalam tata kelola pemerintahan. Kekuatan dana ini juga membuka pintu bagi RMD untuk menggandeng berbagai pihak dalam menggalang dukungan politik yang lebih luas.
Namun, menjadi “Gajah” dalam pertarungan politik tidak serta-merta memastikan kemenangan. RMD masih harus menghadapi kenyataan bahwa pemilih di Lampung bukan hanya soal siapa yang punya dana terbesar. Kepemimpinannya akan diuji dengan relevansi program-programnya dan bagaimana ia bisa menyentuh permasalahan konkret yang dihadapi oleh masyarakat, terutama di sektor ekonomi, infrastruktur, dan kesejahteraan sosial.
Arinal Djunaidi: Semut dengan “Gula” Manis
Di sisi lain, Arinal Djunaidi, sang petahana, tampil dengan gaya yang lebih sederhana dalam laporan awal kampanyenya. Ia hanya melaporkan 31 juta rupiah sebagai dana awal, jauh lebih kecil dibandingkan rivalnya, RMD. Namun, meski secara nominal tampak lebih kecil, Arinal memiliki keunggulan lain yang sulit diabaikan. Arinal dijuluki sebagai “Semut”, bukan hanya karena dana kampanyenya yang tampak kecil, tetapi ia pernah memiliki “gula”, yang dinilai berkontribusi dalam memenangkan Arinal pada pilkada gubernur Lampung pada tahun 2019. Namun saat ini belum ada informasi yang jelas apakah Arinal masih memiliki “cadangan gula” atau tidak, yang pasti sejarah Semut dan Gula ini menjadi pertimbangan juga bagi kandidat lain.
“Gula” ini secara tersirat merujuk pada dukungan dari salah satu pemain terbesar di Lampung, dukungan finansial dari industri tebu terbesar di provinsi ini. Meskipun tidak langsung terlihat di laporan awal, dukungan dari “gula” ini menjadi faktor penting yang menopang kekuatan Arinal. Sebagai tokoh yang dekat dengan industri agrikultur dan sektor perkebunan, Arinal telah membina hubungan erat dengan berbagai pihak, termasuk para pelaku industri besar di Lampung yang terkait dengan tebu.
Jika pada pilkada ini Arinal masih memiliki “Gula”, maka Arinal memiliki akses strategis yang mungkin tak sebesar dana kampanye RMD, tetapi efektif dalam menarik dukungan dari berbagai kelompok masyarakat yang bergantung pada industri perkebunan dan agrikultur. “Gula” yang manis ini memberinya kekuatan yang tak terlihat, sebuah jaringan dukungan kuat yang membantu Arinal mempertahankan posisinya sebagai petahana.
Pertarungan Dua Strategi: Kekuatan Dana vs Dukungan Tersembunyi
Pertarungan antara Rahmad Mirzani Djausal dan Arinal Djunaidi ini bukan hanya soal siapa yang memiliki dana kampanye terbesar di atas kertas, melainkan siapa yang mampu memanfaatkan kekuatan mereka secara strategis. RMD sebagai “Gajah” mengandalkan kekuatan finansialnya untuk menjangkau pemilih baru dan menyebarkan pesan perubahan dengan skala besar. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa pesan itu menyentuh akar permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat Lampung.
Di sisi lain, Arinal sebagai “Semut” bisa saja memanfaatkan dukungan yang tersembunyi seperti pada Pilgub 2019 kemaren. Meski dana kampanye awalnya kecil, dengan dukungan “gula” yang ia miliki serta dukungan kuat dari sektor perkebunan memberikan Arinal kekuatan untuk terus mendekati masyarakat yang sudah lama berhubungan dengan industri ini. Bagi banyak pemilih di daerah pedesaan dan agraris, Arinal tetap menjadi sosok yang bisa diandalkan untuk melanjutkan program-program pembangunan yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan mereka.
Siapa yang Akan Menang?
Pertarungan Pilgub Lampung ini tidak sekadar soal angka-angka dalam laporan dana kampanye, tetapi juga soal kecerdikan dalam menggunakan sumber daya yang ada. Rahmad, dengan kekuatan finansial yang besar, memiliki potensi untuk menjalankan kampanye yang besar-besaran dan menjangkau pemilih di seluruh Lampung. Namun, Arinal, dengan dukungan “gula” yang manis dari industri perkebunan, tetap memiliki kekuatan tersembunyi yang bisa membuatnya bertahan dalam kontestasi ini.
Pada akhirnya, pemilih Lampung yang akan menjadi penentu siapa yang keluar sebagai pemenang. Apakah “gajah” yang kuat dengan dukungan dana besar akan mampu mendominasi, atau justru “semut” yang cerdik dengan dukungan “gula” yang tersembunyi akan tetap memegang kendali? Jawabannya akan terungkap dalam perjalanan panjang Pilgub Lampung 2024 ini, ketika kekuatan uang dan strategi politik saling beradu di medan pertarungan politik yang sesungguhnya. (Aby)